Jakarta Butuh Revolusi Budaya!

Posts Tagged ‘kendaraan

Di Amerika Serikat tanda batas kecepatan seperti gambar di atas dapat ditemukan di setiap jalan. Rambu ini dapat dilihat mulai di jalan kecil, jalan besar, hingga highway.

Setiap pengemudi kendaraan diwajibkan untuk selalu mengikuti rambu ini kalau tidak mau ditilang oleh polisi yang kebetulan lewat atau sedang menunggu mangsa dengan radar khususnya.

Biasanya, setiap pengemudi di Amerika Serikat mendapatkan keringanan untuk dapat memacu kendaraannya lima hingga sepuluh mile/jam lebih cepat dari batas yang berlaku di suatu jalan. Lebih dari itu, harus siap menerima hukuman berat.

Berdasarkan pengamatan saya, mengemudi kendaraan di atas batas kecepatan maksimal termasuk di antara pelanggaran lalu lintas paling berat di Amerika Serikat selain mengemudi ketika berada di bawah pengaruh alkohol dan menerobos lampu lalu lintas.

Di Jakarta rambu seperti ini tidak ada. Para pengemudi kendaraan di jalan raya “dipersilahkan” untuk menggeber mesin mereka sekuat dan sekencang mungkin.

Saya ingat bagaimana jalan raya di Jakarta selalu digunakan untuk balapan liar setiap malam minggu. Saking sering dan biasanya, kegiatan ini malah dijadikan sebagai hiburan gratis yang menarik bagi masyarakat luas.

Kondisi ini jelas bukan merupakan kenyataan yang membahagiakan kita semua (minimal sebagian dari kita) yang ingin melihat kota Jakarta lebih berbudaya. Sebuah kota dengan masyarakat yang tertib dan teratur.

Pertanyaannya sekarang, “Apakah mungkin peraturan seperti itu dapat diterapkan di dalam sebuah komunitas masyarakat yang percaya bahwa peraturan dibuat untuk dilanggar?”

Kita dan seluruh elemen masyarakat Jakarta adalah pihak yang harus menjawab pertanyaan tersebut. Namun, saya yakin kita bisa.

Saya ingat beberapa tahun yang lalu seorang dosen di kampus saya mengomentari peraturan wajib memakai sabuk pengaman, “Saya sekarang nyetir ke warung saja tidak bisa tidak pakai sabuk pengaman.”

Tepat sekali. Kita itu bisa karena terbiasa. Seorang pakar motivasi dunia pernah berkata di dalam bukunya bahwa sebuah tindakan yang dilakukan berulang-ulang akan menjadi sebuah kebiasaan dan kebiasaan yang dilakukan terus-menerus akan menjadi karakter.

Sebuah contoh yang bisa kita pelajari dari negara-negara maju adalah kemampuan mereka untuk “memaksa” masyarakat mematuhi begitu banyak peraturan. Hal ini tidak selamanya mudah, sering kali ketika sebuah peraturan baru mulai diterapkan muncul banyak protes dari berbagai pihak. Namun begitu, lama-kelamaan masyarakat akan mengikuti juga karena menjadi terbiasa.

Pada akhirnya masyarakat akan sadar bahwa peraturan sebenarnya dibuat untuk memberikan kenyamanan bagi semua, dan bukan untuk DILANGGAR.

Apakah kita bisa? Tentu kita bisa. Karena ingat, kita bisa karena kita terbiasa.

Foto diambil dari sini.


Dukung Program Berburu di Sekolah Anda

Mari jalankan dan dukung Program Berburu di sekolah-sekolah di Jakarta dan jadilah bagian dari sebuah REVOLUSI BUDAYA! Kirimkan email ke revolusibudaya@gmail.com dan daftarkan sekolah anda untuk ikut dalam Program Berburu.

Contact Us

BERBURU CENTER Jalan Cucur Timur III Blok A 7 No. 6 Sektor 4 Bintaro Jaya Tel: 62 21 736 3617 Oki: 0856 8102299 Tasa:087881521091 E-mail: revolusibudaya@gmail.com

Blog Masters

Guebukanmonyet (Washington D.C.) and Udiot (Jakarta)

Contributors

Andri Gilang (Sydney), Ian Badawi (Washington D.C.), Dejong (Washington D.C.), Sherwin Tobing (Budapest), Anggie Naditha Oktanesya (Jakarta), and Izmi Nurpratika (Jakarta).

Guest Writers

Deden Rukmana (Savannah), and Harris Iskandar (Washington, D.C.)

Categories

Gudang Artikel

Our Pictures