Jakarta Butuh Revolusi Budaya!

Sebuah pemikiran tentang infotainment kita

Posted on: September 19, 2009

Seiring berkembangnya dunia pertelevisian negeri ini, pastinya juga diikuti dengan berkembangnya trend program-program acara yang akan ditonton masyarakat. Tetapi sayangnya, tak banyak dari mereka yang tahu bahwa sebagian acara yang ditayangkan oleh stasiun televisi swasta di negeri ini adalah berupa “pembodohan” . Dengan rekayasa kamera dan ide acara, segalanya dapat dikemas sedemikian hingga sampai kepada bungkusan acara yang menarik untuk ditonton (bukan disimak).

Dapat dilihat sendiri, acara yang sedang naik pamor akan lebih sering menghiasi layar kaca anda, ketimbang acara yang syarat akan pendidikan dan mengajarkan anda tentang ilmu pengetahuan. Dapat saya katakan di sini acara-acara tersebut adalah infotainment, sinetron dan film-film pendek. Saya menyayangkan sekali, betapa bodohnya khalayak untuk mengkonsumsi acara seperti itu.

Contohnya infotainment. Tidak salah memang jika mereka itu menayangkan berita yang bertemakan gaya hidup selebritis, tetapi belakangan mengapa mereka menjadi penyorot gaya hidup pribadi orang ? Inilah sisi yang harus dipahami dan dibenahi. Berita-berita tentang selebritis yang sedang heboh dibicarakan seperti kasus perceraian, nikah siri, ada juga yang terlibat kasus korupsi dan sebagainya adalah bukan bagian dari berita infotainment yang sebenarnya.

Bukankah hal-hal tersebut merupakan aib yang harusnya dijaga. Mungkin, si selebritis tidak mau memberikan keterangan lebih tentang masalah pribadinya kepada khalayak, karena ia pun tahu sebagai seorang manusia yang juga mempunyai harkat dan martabat yang sama untuk lebih berhati-hati terhadap apa yang ingin melukainya atau mengancamnya. Mengapa justru si pemburu berita alias pers dari infotainment itu yang mengganggu kisah hidup pribadinya ? Apa sih pengaruh hidup mereka yang nikah-cerai bagi kehidupan kita?

Apa sih efeknya mereka yang gonta-ganti pasangan bagi diri kita? Saya rasa tidak ada apa-apa pengaruhnya selain menimbulkan opini yang tidak sedap bagi masyarakat yang mempunyai pikiran sehat tentang dampak penayangan acara ini. Dibilangnya mereka itu cari sensasi dikarenakan bekerja di dunia hiburan. Dan si seleb juga sadar, bukan resiko yang kecil karena setiap gerak-gerik mereka adalah buruan wartawan infotainment. Objektif sekali bukan?

Saya setuju jika hal ini disebut sebagai ber-ghibah. Karena, infotainment zaman sekarang sudah demikian parah. Sudah ditayangkan sebanyak-banyaknya tiga kali sehari, ditambah tujuh hari seminggu mereka pasti dinanti para penonton setianya yang mayoritas adalah ibu rumah tangga dan remaja putri. Namun, tidak menutup kemungkinan banyak kalangan pun menontonnya. Tidak berbobotnya tontonan seperti ini pun kian ramai diikuti.

Seperti menjamurnya tayangan sinetron-sinetron remaja yang bertemakan cinta atau film pendek atau yang biasa disebut dengan FTV. Terlebih lagi generasi muda negeri ini diracuni oleh hal-hal yang terbungkus dengan baik. Padahal itulah yang merusak. Banyak yang meniru adegan-adegan yang ada di dalam tayangan-tayangan tersebut. Entah itu gaya berpakaian, pergaulan, cara bicara dengan logat khas anak muda dan lain-lain. Jika, masyarakat tidak berpikir secara sehat mengenai masalah ini, berarti mereka sendiri sudah setuju bangsa ini terus dibodohi oleh pertelevisian yang semakin hari semakin kian mudah membuat acara-acara semacam acara di atas. Televisi itu hidup dari rating atas pendapatan tontonan. Nah, acara-acara demikian itu dijadikan tontonan?

Pikirkan lagi. Menurut teori umum komunikasi yang menjelaskan tentang bagaimana menjelaskan tentang fenomena komunikasi bagi manusia yakni terdapat dalam teori kognitif dan behavior. Yang mana teori ini berkembang dari ilmu psikologi yang memusatkan pengamatannya pada diri manusia secara individual. Salah satu konsep pemikirannya adalah model stimulus-respon atau S-R, yang menggambarkan proses informasi antara stimulus dan respon.

Contoh lain teori yang termasuk di dalam kelompok teori ini adalah model psikologi Comstock yang menerangkan tentang efek televisi terhadap individu. Tujuan model ini adalah untuk memperhitungkan dan membantu memperkirakan terjadinya efek terhadap tingkah laku orang perorang dalam suatu kasus tertentu, dengan jalan menggabungkan penemuan-penemuan atau teori-teori tentang kondisi umum dimana efek selama ini dapat ditemukan.

Model ini dinamakan model psikologi karena melibatkan masalah-masalah keadaan mental dan tingkah laku orang perorangan. Model ini berpendapat , televisi hendaknya dianggap sederajat dengan setiap pengalaman, tindakan atau observasi personal yang dapat menimbulkan konsekuensi terhadap pemahaman (learning) maupun tindakan (acting). Jadi model ini mencakup kasus dimana televisi tidak hanya mengajarkan tingkah laku yang dipelajari dari sumber-sumber lain.

Efek jangka panjang yang sedianya telah ada di dalam diri kita apabila kita tidak cermat dalam memilih tontonan, apalagi tontonan untuk anak-anak. Jangan sampai mereka dewasa sebelum waktunya. Dampingi mereka ketika menonton dan batasi waktunya. Setidaknya, bersikap dewasalah dalam menghadapi perkembangan zaman. Jangan kalah oleh zaman yang semakin berlari membawa ke-modern-an. Tetap berpikir cermat dan kritis dan waspada oleh keadaan yang bisa berubah semaunya. Karena kita tidak pernah tahu apa yang ada esok hari jika kita tidak menjalani hari ini.

6 Responses to "Sebuah pemikiran tentang infotainment kita"

Tanya kenapa ?
Apa yang harus kita lakukan ?

Stop pembodohan publik

Modernisasi membawa kita pada perubahan yang tak bisa kita bendung. kita yang merasa modern justru menelan mentah-mentah hingga terbawa arus yang membodohi diri kita.

maaf, saya minta ijin untuk memposting personal attack ini hanya sebagai contoh.

saudara X, saya tidak menuduh anda melakukan penyuapan, tapi coba anda ngaca sendiri, bukannya anda adalah orang yang suka menjilat. bukankah itu bukti yang konkret?..
(maaf, ini hanya contoh personal attack untuk tugas kuliah saya. saya tidak bermaksud apa2 dalam menulis ini kecuali hanya untuk membuat contoh personal attack dalam suatu blog. karna saya tdk punya blok pribadi, maka saya minta ijin utk menggunakan blog ini. mohon utk segera dihapus agar tidak mengundang anggapan negatip pada publik).

Make your own life more simple take the loan and everything you want.

Leave a comment

Dukung Program Berburu di Sekolah Anda

Mari jalankan dan dukung Program Berburu di sekolah-sekolah di Jakarta dan jadilah bagian dari sebuah REVOLUSI BUDAYA! Kirimkan email ke revolusibudaya@gmail.com dan daftarkan sekolah anda untuk ikut dalam Program Berburu.

Contact Us

BERBURU CENTER Jalan Cucur Timur III Blok A 7 No. 6 Sektor 4 Bintaro Jaya Tel: 62 21 736 3617 Oki: 0856 8102299 Tasa:087881521091 E-mail: revolusibudaya@gmail.com

Blog Masters

Guebukanmonyet (Washington D.C.) and Udiot (Jakarta)

Contributors

Andri Gilang (Sydney), Ian Badawi (Washington D.C.), Dejong (Washington D.C.), Sherwin Tobing (Budapest), Anggie Naditha Oktanesya (Jakarta), and Izmi Nurpratika (Jakarta).

Guest Writers

Deden Rukmana (Savannah), and Harris Iskandar (Washington, D.C.)

Categories

Gudang Artikel

Our Pictures