Jakarta Butuh Revolusi Budaya!

Mencari Pemimpin Memang Mahal

Posted on: November 19, 2008

Pernah tidak teman-teman membayangkan bahwa mencari pemimpin di negara ini mahal sekali harganya? awalnya sih tidak pernah terpikir, sampai kemarin berbincang dengan seorang rekan yang mengatakan bahwa satu putaran pilkada Jawa Timur menghabiskan dana kurang lebih 40 M untuk tiap putarannya. Wah kaget juga sih yah, terus ngebayang-bayang jika negara ini mempunyai 349 Kabupaten, 91 Kota, dan 33 Provinsi yang tiap pemilihan kepala daerahnya menghabiskan dana paling tidak 5M dari anggaran daerah, maka pemilu kita itu harganya yah kurang lebih MINIMAL 2,365 M. Jumlah diatas belum termasuk jumlah uang yang beredar selama masa kampanye loh.

Setelah uang-uang tersebut digelontorkan dari anggaran dalam masa pemilihan, biasanya masih banyak uang-uang tambahan yang harus dikeluarkan dari anggaran daerah pasca pemilihan. Misalnya biaya pengamanan kerusuhan, Hehehe biaya ini bisa dihitung sebagai biaya wajib. Karena biasanya calon yang kalah, demo besar-besaran membawa massanya untuk memprotes KPUD. Jika sudah kejadian yang seperti ini terjadi maka dipastikan akan semakin banyak biaya tambahan yang diperuntukan bagi calo demo dan anak buahnya.

Setelah biaya-biaya tersebut, daerah masih harus membayar gaji pemimpin terpilih yang relatif tinggi, ditambah rumah dinas, mobil  “mewah” dinas, staff ahli dll. Dan terkadang kongkow dengan para kolega dan sahabat karib di cafe juga menjadi biaya yang ditanggung dalam anggaran daerah. Tidak berhenti sampai disitu, daerah masih juga harus menanggung biaya studi banding, biaya seminar, biaya dinas dan biaya lain-lain sebagai biaya tambahan diluar batas normal.

Mahalnya biaya mencari pemimpin ini membuat banyak daerah tidak bisa mengalokasikan anggarannya dengan benar. Biaya-biaya yang seharusnya bisa digunakan untuk pembinaan dan pengembangan masyarakat, biaya alokasi pinjaman modal usaha dan biaya lainnya yang bisa mendatangkan manfaat malah digunakan tidak karuan. Akibatnya, semakin banyak masyarakat desa yang pergi ke kota besar dengan tujuan mencari penghidupan karena tidak tersedianya lapangan kerja di desa.

Sesampainya di kota, biasanya orang-orang ini mulai melakukan apa saja yang penting bisa hidup. Tetapi dengan kehidupan kota yang katanya kejam, tidak jarang akhirnya mereka memilih jalan instan untuk bisa bertahan hidup; seperti mengamen, mengemis, maling dll. Perkara semacam ini jelas merugikan orang lain dan harus bisa dicari jalan keluar yang baik untuk kita semua. Pertanyaannya adalah hati pemimpin yang bagaimana yang tega melakukan KORUPSI?

Inilah kisah hidup di negara ini, mencari pemimpin memang mahal harganya. Bukan hanya anggaran yang terbuang percuma, tetapi banyak kepentingan yang dipertaruhkan. Cukuplah kesalahan kita memilih pemimpin yang salah, dan sekarang saatnya berpikir untuk masa depan. Pilihlah pemimpin yang benar untuk masa depan yang ingin anda ciptakan.

tawuran

12 Responses to "Mencari Pemimpin Memang Mahal"

Pemilu menyedot anggaran daerah lebih dari 2 triliun rupiah, itu juga belum termasuk dana yang dikeluarkan pemerintah pusat untuk KPU dll. Dari dana yang sekian besar untuk mencari pemimpin baru tersebut hasilnya ternyata lagi2 pemimpin2 yang tidak berbuat banyak untuk masyarakat tapi melakukan korupsi dengan jumlah yang sangat banyak. Benar2 diperlukan kecerdasan dalam memilih pemimpin dan kita sudah mendapatkan banyak pelajaran dari PILGUB DKI kmrn yang menurut pendapat saya kita melakukan kesalahan besar, hehehe.
Pilihlah partai yang benar dan pemimpin yang benar untuk masa depan.

Mencari dan memilih partai yang benar sekarang ini sangat sulit dengan banyaknya pilihan partai. Kalau memilih yang sesuai kriteria kita susah banget, gimana kalo kita bikin partai aja sendiri hehehe..

nothing’s free.

bahkan kampanye pemilu AS juga menyedot biaya sangat mahal. kalo soal jumlah biaya yang besar, sepertinya bisa maklum. tapi yang jadi masalah adalah dari mana dapat uang untuk kampanye? dan setelah terpilih emang cuma pengen balikin modal? itu baru pertanyaan.

mending jadi pengusaha dahulu baru jadi politikus, jangan jadi politikus supaya bisa jadi pengusaha. hehe juga

huhuhu… udah makan biaya mahal, seringnya selesai kampanye juga ga ada hasilnya, oke lah yg kita pilih itu akhirnya jadi pemimpin, for a moment kita bisa mimpi kalo bakal ada perubahan2 yg lebih baik u/ Kabupaten/Kota/Provinsi/negara. Tapi beberapa waktu kemudian yg udah2 selalu aja dikecewakan, ternyata lagi2 kita harus menunggu putaran berikutnya u/ milih pemimpin baru biar ada harapan baru..
Keluar lg de duit u/ pemilu.. trus yg balik modal akhirnya hanya si Pemimpin dan sponsor2nya, Buat kita kapan nie kebagian juga?

capek juga terus menerus ngerasa kecewa euy…

Kalo memilih partai dan pemimpin yg benar, susah juga tu, apalagi untuk orang yg tidak cerdas kayak saya.
adakah tips dan trik u/ itu???

@ piyik
Salah satu faktor penting dalam memilih adalah mengenal pilihan kita, lihat track recordnya, jika memilih partai maka kita harus mengetahui dan mencari tahu apa saja yang sudah dilakukan partai tersebut maupun orang2 dalam partai tersebut. Dan begitu juga dalam memilih pemimpin, kita juga harus mengenal dan mencari tahu sosok pemimpin yang hendak kita pilih, track recordnya, sosoknya, apa2 yang sudah dilakukannya, disamping juga visi misinya, kepribadiannya dll, intinya kita harus mengenal siapa yang kita pilih.

@ Oky

Masalahnya sebagian besar, saya percaya sih lebih dari 50%, dari voters kita kan ga semua ada akses, kemauan, dan kemampuan untuk memfilter informasi macam gitu (track record). Jangankan orang awam, mahasiswa pun mgkn ga akan menghabiskan waktu untuk screening partai-partai kan…

Plus, partai-partai macem-macem dalam jumlah banyak gak karuan ini semakin membuat peta informasi semakin scattered. Bandingkan dengan waktu dulu saat masih the Big Three, kita bisa lebih mudah tahu apa dan siapa. Ya gak sih?
Macam di Amerika ajalah, cuma 2 partai. Jadi voters bisa lebih terekspose dengan program2 mereka bahkan sampai detil.

Kalo skrng di Indo gmn caranya yg komprehensif untuk mempelajari partai-partai yang ada ya?

Memang sih undang2 dasar kita mengijinkan masyarakat untuk berserikat dan berkumpul lalu buat partai (organisasi) maka tak heran sekarang sangat banyak partai yang ada, tapi partai yang ikut pemilu saat ini menurut saya kurang diseleksi secara ketat, jadinya semakin lama partai2 yang ikut pemilu jadi semakin banyak, jujur saya sendiripun gak hafal semua partai yang ikut pemilu, apalagi kalau meneliti satu2 visi misi dan orang2nya. Tapi walaupun untuk mengenal semua partai serta segala macam visi misi dan orang2 didalamnya itu bagus hal tersebut tentu saja menyita waktu dan tenaga yang besar. Untuk itu menurut hemat saya cara praktis untuk berpartisipasi dalam pemilu dengan baik adalah kita cukup hanya meneliti satu2 visi misi dan orang2 pada partai2 yang besar saja dulu, partai2 atau calon2 pemimpin yang sudah dikenal masyarakat pada umumnya, atau minimal partai2 atau pemimpin2 yang kira2 kita memiliki kecenderungan untuk memilihnya. Masak sih kita mau asal pilih pemimpin yang kita gak kenal.
Saya harap gak ada alasan lagi untuk tidak memilih pada pemilu besok, masak kita mau menyerahkan pada orang lain siapa yang akan memimpin kita, minimal kita berusaha dulu walaupun pilihan kita belum tentu menang.

mencari pemimpin memang susah. Sri Sultan HB nyalonin diri jadi capres…boleh nih 🙂

apa lagi kalau pemmimpinnya kayak elu….popopopop
kalau para pemimpinnya kayak pengelola situs ini gw jamin negaranya jadi bencong semua..kakakakak

@vanribal
Kalau anda yang jadi pemimpin negaranya, bisakah kita jamin kalo negaranya gak lebih parah dari bencong?

hmmm….

@vanribal
hihihi… ternyata vanribal punya persepsi sendiri ya. jadi yang baik gimana donk?

Rekan-rekan maka dari itu wong cilik lebih baik memilih menutup mata dan bersifat acuh terhadap Pemilu. Karena memang toh tak memberi efek perubahan social yang berarti bagi wong cilik. Kaaaan mubazir tuch mahal-mahal kucurin dana hanya untuk seorang pemimpin. Buuuusyet kalau seIndonesia dah berapa banyak tuch doku. Kan bisa buat pembangunan air bersih dan Listrik. Traaaaagiiiis sejali nasib bangsa Q

Leave a reply to Oky Cancel reply

Dukung Program Berburu di Sekolah Anda

Mari jalankan dan dukung Program Berburu di sekolah-sekolah di Jakarta dan jadilah bagian dari sebuah REVOLUSI BUDAYA! Kirimkan email ke revolusibudaya@gmail.com dan daftarkan sekolah anda untuk ikut dalam Program Berburu.

Contact Us

BERBURU CENTER Jalan Cucur Timur III Blok A 7 No. 6 Sektor 4 Bintaro Jaya Tel: 62 21 736 3617 Oki: 0856 8102299 Tasa:087881521091 E-mail: revolusibudaya@gmail.com

Blog Masters

Guebukanmonyet (Washington D.C.) and Udiot (Jakarta)

Contributors

Andri Gilang (Sydney), Ian Badawi (Washington D.C.), Dejong (Washington D.C.), Sherwin Tobing (Budapest), Anggie Naditha Oktanesya (Jakarta), and Izmi Nurpratika (Jakarta).

Guest Writers

Deden Rukmana (Savannah), and Harris Iskandar (Washington, D.C.)

Categories

Gudang Artikel

Our Pictures